Hosting Your Business Can Count On - GoDaddy.com

Senin, 23 Juli 2012

MAKALAH PERKEMBANGAN DAUN


KATA PENGANTAR


           Puji syukur penulis  sampaikan pada Sumber dari segala Ilmu Pengetahuan, Sang Maha Kuasa Allah SWT,  yang telah memberikan penulis  nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Makalah dalam bentuk yang sangat sederhana ini. Tak lupa shawalat serta salam penulis  curahkan pada Baginda Besar yang telah menyebarkan agama Islam yang sudah terbukti kebenaranya dan semakin terbukti kebenarannya Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa Makalah PERKEMBANGAN DAUN ini masih jauh dari tingkat kempurnaan, oleh karena itu penulis  mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dimasa yang akan datang. Penulis  juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, baik dalam segi motivasi, penulisan, dan output dari penyelesaian Makalah ini.
 Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas amal yang telah diberikan kepada penulis  dan semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis  khususnya dan masyarakat pada umumnya. Amiin


Padangsidimpuan,   Mei 2012





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
A.     STRUKTUR DAUN ...................................................................................... 2
     a) Struktur Jaringan luar Daun .......................................................................... 2
     b) Struktur Jaringan dalam Daun........................................................................ 3
B.     FUNGSI DAUN ............................................................................................ 4
C.     PROSES PEMBENTUKAN DAUN ............................................................. 5
D.     VARIASI DAUN AKIBAT FAKTOR LINGKUNGAN ............................... 6
E.      MODIFIKASI DAUN ................................................................................... 8
F.      PROSES PENUAAN DAN PENGGUGURAN DAUN ................................ 9
a.      Aspek-aspek metabolik penuaan dan pengaruh faktor penuaan................... 9
b.     Pengguguran (Absisi).................................................................................. 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 12
Kesimpulan........................................................................................................... 12
Saran.................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13







BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai fungsi dan peran penting untuk melangsugkan kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan itu sendiri. Ciri khas dari daun, pada umumnya berwarna hijau bentuk dari daun bagian besar adalah melebar, memiliki zat klorofil yang berguna untuk membantu proses fotosintesis. Daun juga mempunyai mempunyai bagian-bagian yang berperan penting untuk membantu proses pertumbuhan pada tumbuhan, setelah di pelajari dan di pahami secara mendalam, maka manusia akan menyadari betapa pentingnya daun pada tumbuhan. Sehingga secara tidak langsung manusia juga dapat mengetahui batapa penting dan gunanya tumbuh-tumbuhan dalam hidup. Pada lingkungan iformal manusia secara umum mengetahui bentuk dari daun, namun pada lingkungan ini manusia tidak mengetahui dan mengenal daun secar spesifik.
Tapi pada lingkungan formal, manusia dapat mengenal dan mengetahui pentingnya daun pada tumbuhan secar spesifik, sehingga proses pembelajaran dari setiap lembaga formal yang time scedokan, harus banyak mengarah pada kagiatan penelitian dan praktikum sehingga proses pedalaman materi pada bidang-bidang tertentu selalu ada.


BAB II
PEMBAHASAN

A.          STRUKTUR DAUN
a) Struktur Jaringan luar Daun
Secara morfologi daun terdiri dari:
– Helaian daun ( lamina ).
– Tangkai daun ( petiolus ), terdapat bagian yang menempel pada batang disebut pangkal tangkai daun. Adatumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun, misalnya rumput.
– Pelepah daun ( folius ), pada tumbuhan monokotil pangkal daun pipih dan lebar serta membungkus batangnya. Misalnya: pelepah daun pisang dan pelepah daun talas.
Gambar 1. Struktur luar daun.
Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian daun disebut daun tidak sempurna, misalnya daun mangga dan daun jambu.
Pada lembaran permukaaan daun terdapat tulang atau urat daun. Tipe tulang daun ada empat macam, yaitu:
– menyirip, misalnya pada daun mangga,
– menjari, misalnya pada daun pepaya,
– melengkung, misalnya pada daun gadung,
– sejajar, misalnya pada daun jagung,
Tumbuhan dikotil umumnya memiliki daun dengan susunan tulang daun menyirip dan menjari. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki daun dengan susunan tulang daun sejajar atau melengkung.

b) Struktur Jaringan dalam Daun
1) Epidermis Daun
Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata ada yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung (pada daun teratai), ada yang di permukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis sel. Alat-alat tambahan yang terdapat di antara epidemis daun, antara lain trikoma (rambut) dan sel kipas. Bentuk epidermis dan stomata dapat Anda amati pada Gambar 2. dan 3.

                       
Gambar 2. Epidermis dengan stomata               Gambar 3.
Penampang melintang stomata
2) Mesofil Daun (Jaringan dasar)
Mesofil terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antarsel. Pada kebanyakan daun Dikotil, mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons (jaringan bunga karang). Sel-sel palisade bentuknya memanjang, mengandung banyak kloroplas, dan tersusun rapat. Parenkim spons bentuknya tidak teratur, bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas, dan tersusun renggang.

3) Berkas Pengangkut Daun
Berkas pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transpor dan sebagai penguat daun.

4) Jaringan Tambahan Daun
Jaringan tambahan meliputi sel-sel khusus yang umumnya terdapat pada mesofil daun, misalnya sel-sel kristal dan kelenjar.

Sekarang kita akan mempelajari perbedaan struktur jaringan penyusun daun Monokotil dan Dikotil tersebut dengan lebih rinci.

B.          FUNGSI DAUN
Secara umum fungsi daun sebagai berikut.
1) Membuat makanan melalui proses fotosintesis.
Pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade. sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons.
2) Sebagai tempat pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi.
3) Menyerap CO 2 dari udara.
4) Respirasi.
5) Sebagai organ pernapasan.
Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi (lihat keterangan di bawah pada Anatomi Daun).
  6) Tempat terjadinya transpirasi.
  7) Tempat terjadinya gutasi.
  8)  Alat perkembangbiakkan vegetatif.
      Misalnya pada tanaman cocor bebek(tunas daun).





C.          PROSES PEMBENTUKAN DAUN
Daun baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan primordial daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem apeks disebut plastokron. Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil dari diameter meristem apeks pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil, primordial daun terbentuk dan berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak berbentuk seperti pasak, sedangkan daun monokotil tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh apek pucuk .

 Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan penambahan ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah tertentu dari meristem daun, sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda.

Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila aktifitas meristem tepi tersebut terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk daun yang berbagi menyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat tergantung dari perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu, adanya kematian sel pada daerah-daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung juga dapat menentukan bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan dasar bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri daun yang berbeda-beda.

D.         VARIASI DAUN AKIBAT FAKTOR LINGKUNGAN

a. Kelengkapan daun
Daun lengkap yaitu daun yang terdiri atas helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus), dan pelepah daun (vagina). Daun yang tidak lengkap adalah daun yang tidak mempunyai satu atau dua bagian dari bagian-bagian tersebut. Ada beberapa macam daun yang tidak lengkap, yaitu :
a.       Terdiri dari tangkai dan helaian daun disebut dengan daun bertangkai
b.      Terdiri dari pelepah dan helaian daun disebut daun duduk.berupih.
c.        Terdiri dari helaian daun saja disebut daun duduk.
d.      Terdiri dari tangkai daun saja disebut helaian daun semu atau palsu.

b. Bangun (bentuk) daun (Circumscriptio)
Berdasarkan letak bagian daun terlebar, bentuk umum daun dapat dibedakan atas 4 golongan yaitu :
A.             Bagian yang terlebar berada di tengah-tengah helaian daun
1.      Jika panjang : lebar  = 1: 1 disebut bulat atau bundar (orbicularis). Contoh : pada teratai besar (Jatropa curcas).
2.      Jika panjang : lebar = (1,5-2) : (1) disebut jorong (ovalisatau ellipticus) seperti pada nangka (Arthrocarpus communis).
3.      Jika panjang : lebar = (2,5-3) : (1) disebut memanjang (oblongus), seperti pada srikaya (Annona squamosa)
4.      Jika panjanag :lebar = (3,5) : (1) disebut lanset ( lanceolatus)
5.      Jika tangkai daun tertanam pada bagian tengah disebut bangun perisai (peltatus), contoh pada keladi (Caladium bicolor).

B.           Bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-tengah daun
1.           Pangkal daun tidak bertoreh
a.        Bulat telur (ovatus), contoh pada daunkembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
b.        Segi tiga (triangularis), segi tiga sama kaki, seperti pada kembang bunga pukul empat ( Mirabilis jalapa)
c.        Delta (deltoids), segi tiga sama sisi, seperti pada daun air mata pengantin ( Antigonon leptopus)
d.     Belah ketupat (rhomboiides), bangun segi empat tetapi sisinya tidaskl sama panjang, contoh pada anak daun yang di ujung pada bengkuang (Pachyrrhizus erosus)
2.      Pangkal daun bertoreh atau berlekuk
a.       Jantung (cordatus), seperti bulat telur tapi pangkalnya berlekuk,    seperti pada daun waru (Hibiscus tilliaceus).
b.      Ginjal atau kerinjal (reniformis), seperi pada pgagan (Centela asiatica).
c.       Anak panah (sagitatus), seperti pada enceng (Saginataria shitifolia)
d.      Tombak (hastatus), pada wewehan (Monocharia hastata)
e.       Bertelinga (auriculatus), pada tempuyung (Sonchus arvensis)

C.     Bagianyang terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun
1.      Bulat telur sungsang (obovatus), pada sawo kecik (Manikara kauki)
2.      Jantung sungsang (obcordatus), seperti pada sidaguri (Sida retusa)
3.      Segi tiga terbalik (cuneatus), pada anak daun semanggi (Marsilea crenata)
4.      Sudip (sphatulatus), pada daun tapak liman (Elephantopus scaber)

D.      Tidak ada bagian yang terlebar, dari pangkal sampai ke ujung hamper sama lebar
1.      Garis (linearis), contoh pada daun padi (Oryza sativa)
2.      Pita (ligulatus), serupa garis tetapi lebih panjang lagi dan agak lebar, contoh pada jagung (Zea mays)
3.      Pedang (ensiformis), seperti bangun garis tetapi daun tebal dibagian tengahnya dan tipis dibagian tepinya, pada nenas seberang (Agave sisalana).
4.      Paku atau dabus (subulatus), bentuk daun seperti silindr, ujung runcing, seluruh bagian kaku, pada daun cemara (Araucaria cuninghamii)
5.      Jarum (acerosus), serupa paku lebih kecil dan meruncing panjang, pada Pinus merkusii.

E.          MODIFIKASI DAUN
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi. Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun. Bagian daun tambahan, seperti stipula juga dapat termodifikasi menjadi bentuk lain.
Daun yang termodifikasi secara keseluruhan (daun secara utuh) dapat berubah antara lain menjadi duri (spina phyllogenum), sulur (tendril), sisik (cataphyll/scale), brakte (bractea) atau brakteola (bracteola) dan seludang bunga (spatha). Brakte/brakteola dan seludang bunga lebih lanjut akan dibahas pada perbungaan. Seperti duri, contoh: kaktus dan Penyimpan cadangan makanan, contoh: kol/kubis.




F.           PROSES PENUAAN DAN PENGGUGURAN DAUN
A. Aspek-aspek metabolik penuaan dan pengaruh faktor penuaan
1. Aspek metabolik senesen
Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan rusaknya membrane subseluler. Di duga bahwa vakuola bertindak sebagai lisosom, mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik yang akan mencerna materi sel yang tidak diperlukan lagi. Penghancuran tonoplas telah menyebabkan enzim-enzim hidrolitik dibebaskan kedalam sitoplasma. Sementara itu bagian dalam struktur kloroplas dan mitokondria mengalami penyusutan sebelum membrane luarnya dirusak. Rupanya proses degradasi yang terjadi pada organel, dimulainya sama seperti yang terjadi pada sel. Perubahan yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan kandungan dalam organ yang mengalami penuaan.

2. Pengaruh faktor pertumbuhan
Sitokinin dapat menghilangkan atau memperlambat proses penuaan. Mekanisme kerja sitokinin dalam proses ini masih belum jelas, tetapi ada petunjuk dari percobaan Mothes yang menunjukkan bahwa setetes sitokinin yang diberikan pada daun, telah menyebabkan terjadinya mobilisasi nutrien organic dan anorganik menuju ke daerah sekitar daun yang diberi sitokinin. Tapi masih belum jelas, apakah peningkatan nutrisi sebagai penyebab langsung permudaan kembali (rejuvenation) atau sitokinin penyebab terjadinya beberapa peristiwa yang menghasilkan permudaan kembali dan mobilisasi nutrisi.
Tidak semua tumbuhan memberikan respon terhadap hormon yang sama. Sitokinin lebih efektif dalam menahan penuaan pada tumbuhan basah, sedangkan giberelin lebih efektif menahan senesen pada Taraxacum officinale dan Fraxinus. Kadar giberelin endogen akan turun dengan cepat selama senesen pada daun. Auksin (IAA dan 2,4-D) dapat menghalangi senesen pada tumbuhan tertentu. Etilen adalah hormon yang secara jelas merangsang kuat senesen pada banyak jaringan.
Beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence, misalnya :
1.      Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun
2.      Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
3.      Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence

B. Pengguguran (Absisi)
Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam biasa. Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-sungguh fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan tumbuhan atau yang terserang penyakit.
Absisi yang terjadi pada daun dan buah merupakan contoh senesen yang jelas. Daun tidak rontok demikian saja pada waktu mati. Suatu daerah pembelahan sel yang disebut daerah absisi, berkembang dekat pengkal tangkai daun, sehingga sejumlah dinding sel yang melintang tegak lurus terhadap sumbu panjang tangkai daun terbentuk.
Pektinase dan selulase dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah absisi, dan akan melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga tangkai daun lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan dibentuknya tilosa (tylose), yaitu suatu zat sejenis “gum” dan dilapisi sel-sel gabus. Dalam proses ini dua peristiwa terlibat, yaitu pembelahan sel dan induksi hirdulose. Kedua proses ini merupakan proses metabolisme yang aktif dan oleh karenanya merupakan bagian yang terprogram dalam perkembangan tumbuhan.
Daerah absisi pada tangkai daun. Pemisahan sel terjadi melintang daerah absisi (R.G.S. Bidwell, 1979)
Menurut John Walker, kepala the MU Interdisciplinary Plant Group di the Christopher S. Bond Life Sciences Center, tumbuhan menggugurkan organnya karena sejumlah alasan. Dedaunan tua, misalnya, digugurkan guna membantu daur ulang zat-zat makanan, sementara buah-buahan yang telah masak rontok dan jatuh ke bawah guna membantu penyebaran benih. Juga, bagian-bagian bunga yang terkena penyakit sengaja digugurkan dan dibuang oleh tumbuhan. Hal ini sengaja dilakukan untuk mencegah penjalaran penyakit. Namun begitu masih ada sisi lain tentang pengguguran organ tumbuhan ini yang belum terungkap ilmuwan. Mereka masih belum paham mengapa Arabidopsis thaliana menggugurkan bagian-bagian bunganya setelah bunga tersebut dewasa. Bagian-bagian bunga tumbuhan Arabidopsis thaliana tidaklah memerlukan ruang besar, sehingga penggugurannya tidak terlihat memiliki kegunaan yang jelas. Anehnya gen-gen yang bekerja memicu pengguguran ini sudah ada di tumbuhan itu sejak lama, kata Walker.
Demikianlah gugurnya daun, bunga, buah dan bagian tumbuhan lain ternyata bukan kejadian biasa atau kebetulan saja. Itu adalah peristiwa besar yang sengaja Allah ciptakan, yang melibatkan pengaturan rumit gen-gen tumbuhan. Tanpa pengguguran ini, takkan ada daur ulang zat gizi, takkan ada penyebarluasan biji dan takkan ada pencegahan perluasan penyakit. Jika kesemua proses ini terhenti, tumbuhan pada akhirnya akan punah.





BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Dengan adanya hasil dan pembahasan di atas maka dapat kami simpulkan yaitu
  1. Upih daun atau pelepah daun menpunyai fungsi sebagai pelindung puncuk pada daun dan memberi kekuatan pada tanaman
  2. Tangkai daun mempunyai fungsi mendukung helayannya dan bertugas untuk menerapkan helayan daun tadi pada posisi sedemikian.
  3. Helayan daun merupakan bagian daun yang terpenting dan lekas menarik perhatian
  4. Sedangkan tulang daun berfungsi memberikan kekuatan pada daun dan tulang-tulang daun itu sesungguhnya adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut zat-zat hara


Saran

Kami menyadari bahwa dalam penunjang pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, maka kami membutuhkan kritikan dan saran dari semua pihak baik dari teman-teman maupun dosen selalu pembimbing mata kuliah perkembangan tumbuhan guna untuk penyusunan laporan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA


Prof. Ir Tjitrosoepomo, Gembong 2005 Morfologi tumbuhan, Yogyakarta: gadja mada university prese.
Drs. Ma’rup dan Rifal, Ahmad S. pd. Ebelajar efektif Biologi umum.  SMP kelas VIII, PT INTIMEDIA Jakarta
http://sophianirmalida.blogspot.com/2010/10/i.html
http://bermanfaatsemoga.blogspot.com/2010/10/sedikit-tentang-modifikasi-akar-batang.html

Sample

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Translate

Popular Posts

About Me

Followers

Cari Blog Ini